RSS

Anak SMP jadi “MUCIKARI”??…Mau Jadi Apa Generasi Muda Kita Nantinya?…..

13 Jun

Beberapa hari lalu dalam tayangan di media cetak dan elektronik kita dihebohkan dengan pemberitaan seorang gadis SMP di Surabaya menjadi dalang tindakan prostitusi. Permasalahan apa sebenarnya yang terjadi pada generasi muda sekarang ini? Bagaimana mereka berani melakukan tindakan yang sangat dilarang oleh agama dan juga hukum negara.

Apa yang menjadi penyebab sampai mereka mau melakukan perbuatan keji tersebut? Apakah karena latar belakang himpitan ekonomi sehingga mereka mengambil jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan hidup? Ataukah karena lingkungan pergaulan yang salah sehingga mendidik mereka untuk ikut-ikutan melakukan hal yang tidak benar? Kita sebagai perempuan tentunya bisa menjaga harga diri dan martabat keluarga dalam bertindak dalam hal apapun itu. Begitu sangat miris rasanya ketika seorang perempuan hanya dihargai sekian ratus ribu, seakan mereka tidak merasa mempunyai harga diri dan menjual tubuh mereka ke laki-laki hidung belang. Dalam kasus ini saja, si laki-laki hidung belang cuma membayar 750 rb kepada si mucikari tersebut kemudian dari uang tersebut 500 ribu diberikan kepada temen kencannya dan 250 masuk ke siswa SMP yang jadi mucikari tersebut.  Jika saya boleh mengatakan sebagai seorang perempuan juga, kenapa begitu murah sekali yaaaa???!!! Subhanallah..dengan kata lain menjual diri..tentunya kita mengetahui segala anugerah yang telah diberikan kepada seorang perempuan tidak bisa dihargai dengan uang..

Pendidikan etika dan moral harus ditekankan lagi dari bangku sekolah sejak dini agar mampu memberikan arahan kepada jalan yang benar. Permasalahan ini merupakan PR bagi kita semua dan sebagai bahan evaluasi terhadap pentingnya penanaman akhlak n pendidikan di sekolah. Dengan adanya kejadian tersebut dapat menjadi evaluasi terhadap para orang tua, guru, dan masyarakat. Hal yang paling penting untuk menekan tindakan tersebut adalah kasih sayang orang tua karena itu orang tua tidak boleh lengah dan tidak mengawasi pergaulan anaknya. Lantas pihak sekolah juga bertanggungjawab dalam mendidik n mengawasi anak didiknya. Terlebih lagi masyarakat juga harus ikut andil juga mengawasi lingkungan apakah terjadi suatu tindakan yang dirasa mencurigakan sehingga tidak sampai menjadi luar tindakan prostitusi  tersebut.

 
12 Komentar

Ditulis oleh pada Juni 13, 2013 inci Sosial

 

12 responses to “Anak SMP jadi “MUCIKARI”??…Mau Jadi Apa Generasi Muda Kita Nantinya?…..

  1. Iwan Yuliyanto

    Juni 13, 2013 at 4:52 am

    Memang berita itu menambah kelamnya dunia anak-anak muda di negeri ini yang kini dijajah oleh pornografi dan hedonism.

    Saya setuju banget, mbak Martina. Pendidikan seks memang harus diajarkan sejak dini, terutama oleh ortunya sendiri dan kemudian dikemas dgn menarik dalam kurikulum sekolah. Agar sang anak tahu tentang seks dan akibatnya apabila melakukan kegiatan seks tidak pada waktu dan tempat yg seharusnya.

    Membimbing & memberikan informasi ttg seks kpd anak tentu harus disampaikan dgn cara yg baik (secara bertahap & bijaksana) dan pada waktu yg tepat, yaitu sesuai dgn tingkat pertumbuhan dan kematangan usia anak. Sehingga, ia akan mampu mempersiapkan dirinya dlm menghadapi beberapa perbedaan pandangan dan pendapat yg mungkin akan ia temui nanti, saat bersama teman2nya atau berinteraksi dlm dunia maya atau yg lebih parah menghadapi rayuan gombal temannya. Ketika anak sudah memahami ttg baik & buruknya seks maka ia pun tidak akan membiarkan dirinya terjerumus pada tindakan yg membahayakan dirinya akibat seks itu.

    Rasa ingin tahu anak terhadap seks boleh jadi sangat kuat. Maka hindarkanlah perasaan tabu untuk menjawab pertanyaan anak seputar seks. Jadilah ortu yang nyaman diajak diskusi seputar seks dgn anak. Sayangnya, ada sebagian ortu yg merasa khawatir apabila anak mereka banyak mengetahui tentang seks, ia akan bereksperimen melakukan seks secara tidak tepat. Saya rasa ini kekhawatiran yg sangat berlebihan. Padahal yg perlu dikhawatirkan adalah apabila rasa ingin tahu anak tsb tidak terpenuhi dgn baik, ia akan mencari informasi tersebut dari luar lingkungan keluarga; seperti buku, majalah, film, televisi, media sosial, atau orang2 yg tidak bertanggung jawab. Karena, jika anak mendapatkan informasi (yang salah) dari semua sumber tersebut, maka orangtua akan sulit mengontrolnya.

    Tentang bagaimana bentuk pendidikan seks itu akan panjang kalau saya sampaikan di sini, saya pernah share di jurnal ini. Silakan mbak Martina memberikan masukan / tambahan isi pendidikan seks pd anak-anak tsb.

     
    • martinafiaub

      Juni 13, 2013 at 7:18 am

      Saya sudah membaca artikel bapak tentang edukasi ttg seks. Memang benar pak Iwan, pendidikan seks mengenai persoalan seksualitas manusia, meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan harus dapat dijelaskan kepada anak secara jelas dan benar. Tapi pandangan masyarakat sampai sekarang memandang masih tabu dan pemikirannya tentang seks masih terlalu sempit. .
      Selama ini, kalau kita berbicara seks, maka yang terbesit dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks, pdahal lebih luas dari itu. Pendidikan seks sudah seharusnya dikenalkan sejak dini pada si kecil baik melalui pendidikan formal maupun informal agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang terjadi pada anak-anak

       
      • Iwan Yuliyanto

        Juni 13, 2013 at 8:00 am

        Ketika si anak mulai memasuki gerbang akil baligh (ditandai dg menstruasi pd wanita, dan mimpi basah pd laki-laki), banyak ortu yg tidak memperhatikan masa-masa kritis seperti ini. Munculnya tanda-tanda akil baligh pada anak itu jelas mengusik pikiran anak-anak untuk mencari tahu.

        Pilih mana:

        (1) Orang tua yg ngajari sendiri ilmunya, tentunya dgn nilai-nilai moral. Informasi terbuka yang dipaparkan dgn bahasa yang baik, disertai akibat-akibat negatifnya bila menabrak nilai-nilai moral tersebut, juga dengan pendekatan kesehatan.

        … atau …

        (2) Si anak mencari informasi sendiri, sharing bersama teman-temannya. Biasanya kalo sudah ketemu sama teman, maka yang didapat adalah yg asyik-asyik aja. Iya, khan? Apalagi kalo dilanjut dengan berbagi video, yang kemudian merencanakan sesuatu guna eksperimen (spt yg dilihatnya dlm video). Nahh… kalo bicara ttg moral bersama teman-temannya itu biasanya dianggap gak gaul/sok moralis.

        (3) Si anak mencari informasi sendiri (gak sama temannya), ia sendiri nyari info di internet. Biasanya suatu informasi di internet seputar sex itu berpotensi muncul juga link ke situs-situs dewasa. Akhirnya klik sana, klik sini. Otaknya jadi terkontaminasi tanpa adanya filter.

         
      • martinafiaub

        Juni 14, 2013 at 1:47 am

        Sebagai orang tua memang sedapatnya berpikir bijak dalam memberikan edukasi kepada anak terutama menyangkut pendidikan tentang seks. Orang tua jaman sekarang bukanlah orang tua jaman dulu yang tabu akan semua hal, tetapi orang tua sekarang harus dapat menjadi orang tua yang demokratis dan harus terbuka ketika sharing terhadap permasalahan apapun dengan anak. Dengan menjadi orang tua yang demoktratis tentu si anak akan menjadi nyaman untuk berbagi hal apapun dengan orang tua, semua permasalahan yang dihadapi akan pun akan dapat teratasi dengan baik. Keluarga memang the first education for children..jika keluarga nya saja tidak mampu memberikan perhatian lebih kepada anak tentu anak akan mengambil jalan untuk tahu dari lingkungan sekitar.

         
  2. Iwan Yuliyanto

    Juni 13, 2013 at 8:13 am

    Just sharing, mbak Martina, sebuah tulisan seorang blogger.
    Ketika Anak Kepergok Nonton Film ‘Serem’

    Bacanya aja bikin deg-degan, ngebayangin kalo kita sbg ortu bakal mengalami hal yg demikian juga. Alhamdulillah, kedua ortu (dlm tulisan blogger) tsb adalah orang yg bijak, shg mampu menyelamatkan masa depan anaknya.

    Coba bayangkan, bagaimana kalo hal itu terjadi pada sang anak yg kondisinya broken home seperti si anak SMP (mucikari) itu. Saya yakin tidak ada yg mengarahkannya, krn ortunya sibuk sendiri-sendiri dg masalahnya.

     
    • martinafiaub

      Juni 14, 2013 at 1:55 am

      Saya sangat setuju pak Iwan “Be the best parents”… Saya mau nanya pak Iwan ni bergerak di bisnis apa ya?berasal dari mana?kl saya dari kota tahu kuning, kota kediri pak..

       
      • Iwan Yuliyanto

        Juni 14, 2013 at 4:08 am

        Kota Kediri memang terkenal sbg Kota Tahu, dan seingatku di Kediri ada kampung Inggris ya 🙂

        Saya berasal dari Surabaya. Saat ini bergerak di bisnis ICT Consulting di Batam, main produknya: software & konsultansi Balanced Scorecard.

         
      • martinafiaub

        Juni 14, 2013 at 7:09 am

        kalau kampung Inggrisnya ada di daerah Pare masuk Kabupaten Kediri pak Iwan. Kl kota tahu nya di Kota Kedirinya. Saya nanti bisa konsultasi masalah ICT ma pak Iwan..hehehh. Makasih Pak Iwan..

         
      • Iwan Yuliyanto

        Juni 21, 2013 at 4:48 am

        Oiya, Kampung Inggris itu ada di daerah Pare.
        Kalo tidak keberatan dan ada kesempatan, sebagai warga Kediri, mbak Martina ulas dong leadershipnya Pak dr. H. Samsul Ashar, Sp.PD. Saya terkesan dg kepemimpinannya yg low profile. Nanti saya link dlm tulisan saya ttg leadership.

         
      • martinafiaub

        Juni 28, 2013 at 2:26 am

        insya allah pak Iwan

         
  3. nanangsuwarna

    Juni 14, 2013 at 4:23 am

    Terkesan sama tulisan Mba Martin ni dan Komentar Pak. Iwan.
    Ane jadi ingat waktu lampau, pernah Kerja sebagai Teknisi di sebuah hotel bintang Tiga di Aceh ketika itu ruang kami disewa untuk Rapat Koordinasi yg di Motori salah satu Dinas/instansi Pemerintah Wilayah Aceh.
    Yang jadi aneh nya buku buku kecil yg berisi edukasi seks untuk remaja di tinggal di gudang begitu saja dan sepertinya tidak dibagikan kepada para peserta untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Ane sempet bawa tuh kerumah satu buku isi tulisanya bagus dgn gaya bahasa anak muda juga disertai gambar gambar alat repruduksi laki laki dan wanita.
    Sayang ya cuman ane aja deh yg baca sepertinya sebagi remaja yg lewat usia he…

     
    • martinafiaub

      Juni 14, 2013 at 7:14 am

      Permasalahan itulah yang selama ini dialami masyarakat kita menganggap pendidikan seks sebagai hal yang tabu. Sekarang ini begitu banyak kasus pelecehan seksual yang terjadi n jika tidak disikapi dengan bijak tentu masalah ini akan semakin melebar. Dukungan semua pihak tentu sangat penting terutama juga pemerintah sebagai pembuat regulasi dengan sedikit menyelipkan nya ke dalam kurikulum pendidikan di sekolah tapi perlu diingat bahwa semua itu peru melihat porsinya masing-masing disesuaikan dengan tahapan usia. Dengan adanya pendidikan seks sejak usia dini setidaknya bisa menghindari ketidaktahuan anak-anak muda sehingga tidak mencari pelarian sendiri diluar yang tentunya akan menjerumuskan mereka mas Nanang..

       

Tinggalkan Balasan ke Iwan Yuliyanto Batalkan balasan